Gubernur Kaltim Soroti Defisit Ayam dan Telur: Tak Bisa Terus Bergantung pada Daerah Lain

PPU – Ketahanan pangan masih menjadi pekerjaan rumah bagi Kalimantan Timur (Kaltim), provinsi yang selama ini lebih dikenal sebagai penghasil batu bara dan minyak sawit ketimbang produsen pangan. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah defisit produksi ayam dan telur, yang membuat daerah ini bergantung pada pasokan dari luar.
Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud, menyoroti persoalan ini saat menghadiri peresmian Intensive Farming System (Infasy) di Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), pada Kamis, 13 Maret 2025. Dalam pidatonya, ia menegaskan bahwa meskipun Kaltim memiliki lahan luas, provinsi ini masih belum mampu memenuhi kebutuhan ayam dan telur secara mandiri.
“Saya juga ingin menyoroti sektor peternakan. Kita masih kekurangan ayam hingga 25 persen. Produksi telur juga masih kurang,” katanya di hadapan para peternak dan pejabat daerah.
Ketergantungan terhadap pasokan dari Sulawesi Selatan dan Jawa Timur membuat harga ayam dan telur di Kaltim rentan berfluktuasi, terutama saat permintaan meningkat menjelang Ramadan dan Idul Fitri.
“Kalau harga ayam dan telur naik, masyarakat yang paling terdampak. Kita tidak boleh terus-menerus bergantung pada daerah lain,” ujar Rudy.
Mengatasi persoalan ini, Pemprov Kaltim berencana meningkatkan investasi di sektor peternakan unggas. Anggaran daerah akan dialokasikan untuk mendukung produksi ayam dan telur, sekaligus membuka peluang kerja sama dengan sektor swasta.
Rudy juga meminta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kaltim untuk menyusun kebijakan yang lebih terstruktur agar upaya peningkatan produksi lebih terarah.
“Kalau ini diarahkan melalui Dinas Peternakan, tentu bisa lebih terarah,” katanya.
Selain kebijakan pemerintah, ia menekankan pentingnya inovasi dan riset untuk meningkatkan produktivitas peternakan. Rudy mendorong perguruan tinggi untuk terlibat dalam pengembangan metode budidaya unggas yang lebih efisien.
“Kita perlu bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk riset peternakan. Termasuk juga kehutanan dalam menyiapkan lahan,” ujarnya.
Salah satu solusi yang kini dikembangkan adalah pemanfaatan pakan berbasis rumput gajah, yang melimpah di Kaltim. Menurut Rudy, ketersediaan pakan yang murah dan berkualitas dapat membantu meningkatkan produktivitas peternak ayam dan sapi.
“Saya tadi lihat rumput di sini, kami menyebutnya rumput gajah. Rumputnya besar-besar. Kalau ini ditanam dengan baik, saya yakin bisa disiapkan sebagai pakan ternak,” katanya. (CBA/ADV DISKOMINFO PPU)